Senin, 13 Februari 2012

Ini Penjelasan SBY Soal Utang RI Tembus Rp 1.816 Triliun

ASTAGA !!!
Jakarta - Presiden SBY mengakui jumlah nominal utang pemerintah Indonesia naik menjadi Rp 1.816 triliun di 2011 lalu. Namun rasionya turun bahkan sangat rendah dibandingkan negara-negara maju di Eropa dan Asia. "Di 2004 PDB kita Rp 2.295 trilun, dan utang kita Rp 1.299 triliun atau hampir Rp 1.300 triliun. Rasionya 56% atau lebih dari separuh PDB, itu potret di 2004. Tujuh tahun kemudian ada keperluan pembangunan infrastruktur dan alutsista (persenjataan) yang urgent masih menggunakan pinjaman. Tapi tolong lihat angkanya di 2011 utang kita Rp 1.816 triliun naik Rp 500 triliun, tapi PDB kita Rp 7.226 triliun atau naik Rp 5.000 triliun. Sehingga rasio utang turun jadi 25%," tutur SBY. Hal ini disampaikan SBY dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/2/2012). Dikatakan SBY, jika dibandingkan dengan negara-negara maju di Eropa, Asia, dan juga Amerika yang rasio utangnya ada yang mencapai 100%, maka utang Indonesia belum jadi masalah serius. "Jadi rasio utang 25% itu bukan jadi masalah yang serius meskipun semangat kami mendapatkan penerimaan dalam negeri ketimbang utang," kata SBY. Dia mengatakan, pemerintah serius mengurangi jumlah utang luar negeri. Jika di 2004 porsi utang luar negeri pemerintah mencapai 50% dari total utang, sekarang di 2011 tinggal 32%. "Artinya sumber utang kita ada di dalam negeri," ujar SBY. Seperti diketahui, total utang pemerintah Indonesia hingga akhir 2011 mencapai Rp 1.803,49 triliun atau naik Rp 126,64 triliun dalam setahun dibandingkan 2010 yang mencapai Rp 1.676,85 triliun. Pada akhir tahun ini rencananya utang pemerintah bakal bertambah menjadi Rp 1.937 triliun atau naik Rp 134 triliun. SBY mengatakan telah menginstruksikan jajarannya untuk membatasi utang pemerintah. "Kalau tidak sangat kita butuhkan jangan berutang. Kredit ekspor juga disetop. Tawaran pinjaman dari pihak luar negeri yang tidak perlu harus dihentikan. Kita ingin benar-benar mengurangi sumber anggaran dari utang, utamanya utang luar negeri," tutup SBY. Rachmadin Ismail - detikFinance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar